YANG TAK DATANG KEDUA KALINYA

 Dari banyaknya cerita yang pernah ku lihat dan dengar, aku lebih menyukai cerita tentang sepasang kekasih yang tidak pernah mengatakan cinta namun terlihat dari tingkah lakunya.

Mereka dua orang yang sama-sama meletakan cinta di atas doa-doa baik. Tak tersentuh, tak terucap, bahkan tak terasa.

Mereka dua orang yang meyakini jika memang jodoh, Tuhan pasti akan mengatur jalannya. Tak perlu diungkap bagaimana indahnya, karena Tuhan sudah menjadi saksi dari kisah bisu itu.

Bertahun-tahun mereka meletakan kepercayaan diatas pendirian sendiri, mereka berkutat pada hidup masing-masing sembari merawat kasih di antara keduanya. Namun mereka lupa, sesuatu yang tidak pernah diungkap hanya akan menjadi kesalahpahaman.

Saat semua tak seperti yang mereka bayangkan, mereka sibuk berpendapat dengan kesimpulan yang dibuat oleh mereka sendiri. Tak ada satupun dari mereka yang bertanya "kenapa ?" "Mengapa ?" "Apa yang terjadi ?". Mereka masih sibuk mencari jawaban atas pikiran mereka sendiri.

Tak terasa waktu terus berjalan, hari demi hari hingga tahun demi tahunpun berlalu, sedang mereka masih sibuk menerka-nerka. Hingga salah satu diantara mereka  memilih mundur karena rasa yang tak tentu akan dibawa kemana.

Ia menyerah pada takdir, pikirnya "mungkin ini adalah jawaban dari doa-doa yang telah aku langitkan. mungkin memang dia bukanlah orang yang telah digariskan takdir untukku". Seseorang yang tak pernah sekalipun bertanya dan mengungkapkan isi hatinya, untuk kesekian kalinya percaya pada kesimpulan yang dibuatnya sendiri. ia melangkah pergi, menjauh hingga lantas tak berbayang.

Kepergiannya menorehkan luka untuk hati yang lain. Ia yang setia menunggu kabar baik, hanya dapat meratap seiring kabar buruk yang ia terima. ia marah, sedih, dan berputus asa. Ia mulai menyalahkan diri sendiri "kesalahan apa yang pernah aku perbuat kepadamu, hingga kau meminta kepada Tuhan agar tak berujung denganku" pikirnya. ia menyesali setiap perbuatan dan prilaku yang ia lakukan selama ini. Ia terjatuh ke dasar palung yang tak ada batasnya, ia telah kehilangan tujuannya.

Luka membuatnya menatap dunia dengan cara yang tidak sama lagi. Bagai membalik lembaran buku dalam seperkian detik, hidupnya kini berubah. Ia mulai berpikir "tak akan bisa ku temukan lagi orang sebaik dirinya". Sedangkan di sisi lain, seseorang yang meninggalkan kini telah bahagia dengan kehidupannya yang baru.


Komentar